Wednesday, February 25, 2009

Apa dengan DISPOSABLE DIAPER??


Diarsipkan di bawah: Kesehatan — Diena @ 1:35 pm

Setelah disposable diaper dibuat pertama kali oleh Victor Miller di tahun 1950, nama Pampers langsung melejit dan menjadi populer di seluruh dunia. Orangtua merasa senang dengan inovasi popok modern ini. Bagi mereka, disposable diaper adalah solusi yang tepat untuk masalah pipis dan berak para bayi. Selain bayi bisa tidur tenang karena “tidak terganggu” basah, orangtua pun senang karena tidak perlu mendengar tangis bayi karena ngompol. Tapi beberapa waktu lalu, sebuah penelitian memaparkan kalau disposable diaper sangat tidak aman bagi bayi. Selain masalah ruam popok, disposable diaper disebut-sebut sebagai salah satu pemicu munculnya kanker dan kemandulan.

Seorang ibu rumah tangga bercerita kalau bayinya yang berumur satu bulan mengalami ruam popok setelah memakai disposable diaper. Ia mencoba beberapa diaper dari yang murah hingga yang mahal (produk impor) tapi hasilnya tetap sama, daerah di sekitar pantat bayi menjadi kemerahan dan nampak lecet. Ia berpikir kalau disposable diaper akan membuat bayinya tetap kering seperti yang diiklankan di televisi, dan terhindar dari ruam popok. Tapi nyatanya?. Bayi mungilnya tak urung sembuh. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk kembali ke popok kain. Memang pada awalnya, ia rela membayar mahal demi kenyamanan bayinya dengan popok modern. Namun setelah berpikir untung ruginya, ia menyadari kalau popok kain adalah pilihan terbaik untuk putranya. Lain halnya dengan ibu tadi yang hanya dipusingkan dengan masalah ruam popok, Consumer Protection Agency melaporkan masalah sehubungan dengan pemakaian disposable diaper, mulai dari pembakaran bahan kimia, pemakaian bahan kimia berbahaya dan bau insektisida sampai kelakuan bayi yang sering menarik dan meletakkan disposable diaper ke hidungnya atau mulutnya.


Menurut laporan Journal of Pediatrics terdapat 54% bayi berumur 1 bulan yang mengalami ruam popok setelah memakai disposable diaper. Dalam artikel yang berjudul Disposable Diapers : Potential Health Hazards, Cathy Allison menyatakan kalau Procter & Gamble (produsen Pampers dan Huggies) melalui penelitiannya memperoleh data mencengangkan. Angka ruam popok pada bayi yang menggunakan disposable diaper meningkat dari 7,1% hingga 61%. Sementara itu Mark Fearer dalam artikelnya yang berjudul Diaper Debate-Not Over Yet menyatakan beberapa hasil studi medis menunjukkan angka peningkatan ruam popok dari 7% pada tahun 1955 sampai 78% pada tahun 1991.


Penyebaran ruam popok merupakan fenomena yang terjadi di permukaan disposable diaper. Hal itu disebabkan oleh alergi terhadap bahan kimia, kurangnya udara, temperatur tinggi karena dilapisi plastik yang sifatnya mempertahankan kalor (panas) di area popok, dan bayi jarang ganti karena mereka merasa kering meskipun pantat dalam keadaan lembab (basah).


Sebenarnya masalah ruam popok bisa diatasi dengan mengganti diaper sesering mungkin. Procter & Gamble melaporkan kalau rata-rata konsumen produk mereka mengganti diaper 5 kali sehari. Tapi beberapa peneliti dan ahli medis menyarankan agar mengganti diaper setiap 2 jam sekali. Jika masalahnya hanya ruam popok mungkin masih bisa dianggap enteng, orangtua hanya perlu membayar lebih mahal (dengan sering mengganti diaper) supaya bayinya bebas ruam popok. Tapi bagaimana dengan isu kanker dan kemandulan yang dikait-kaitkan dengan disposable diaper?

Pemicu Kanker dan Kemandulan
Pada tahun 2000 beberapa peneliti dari Universitas Kiel, Jerman melakukan sebuah riset mengenai Archives of Desease in Childhood yang dimuat dalam British Medical Journal. Penelitian yang melibatkan 48 bayi laki-laki itu dilakukan selama setahun untuk mengetahui efek yang ditimbulkan oleh disposable diaper. Para peneliti yang melakukan studi tersebut melaporkan bahwa bayi laki-laki yang menggunakan disposable diaper temperatur skortumnya (kantung kemaluan) mengalami kenaikan beberapa derajat dibanding yang tidak memakai. Bagi seorang bayi laki-laki yang skortumnya sedang berkembang, hal tersebut merupakan perkara yang serius. Karena untuk memproduksi sperma dalam jumlah yang banyak, skortum harus bisa menjaga temperatur testis supaya suhunya lebih rendah dari suhu badan. Oleh sebab itu kenaikan satu derajat pun akan merusak kinerja skortum sebagai “mesin pendingin” testis. Tentu saja fenomena ini akan membuat produksi sperma terganggu, yang berarti kesuburan pria akan menurun. Peneliti yang melakukan studi tersebut menyatakan, “peningkatan temperatur skortum yang disebabkan oleh pemakaian disposable diaper akan mempengaruhi kualitas sperma bayi laki-laki dan meningkatkan angka terjadinya kanker testis di usia dewasa.” Mereka juga mengatakan kalau fisiologi mekanisme pendingin testis mengalami kerusakan secara signifikan.
Dalam melakukan studinya mereka juga meneliti pria Eropa yang lahir pada tahun 1975 (tidak lama setelah disposable diaper menjadi begitu populer dan digandrungi). Para peneliti itu terkejut dengan penemuannya, ternyata jumlah sperma pria Eropa mengalami penurunan hingga 25% dalam 25 tahun terakhir. Sekitar 27000 pria Inggris yang sudah menikah menjalani perawatan ketidaksuburan setiap tahunnya, dan angka kejadiannya meningkat hingga 55% pada tahun 1995. Tim Hedgley, ketua National Fertility Assosiation mengatakan, “penelitian ini begitu mengejutkan dan penting untuk diketahui.”
Sementara itu, Dr. Simon Fishel, direktur Centre of Assisted Reproduction (Nottingham, Inggris) mengatakan, “teori tersebut sangat masuk akal dan saya tidak terkejut dengan hasilnya. Bagaimana pun disposable diaper dapat meningkatkan temperatur skortum bayi laki-laki dan tentu saja hal itu merupakan masalah besar karena kinerja skortum akan terganggu.” Sayangnya produksi besar-besaran disposable diaper tidak disertai penelitian terlebih dahulu terhadap efek sampingnya. Sehingga ada kemungkinan angka kejadian akan terus meningkat seiring dengan kurangnya pemahaman masyarakat tentang efek jangka panjang yang ditimbulkan oleh pemakaian disposable diaper.

Bahan Kimia Berbahaya

dalam Disposable Diaper
Isu kenyamanan yang digencarkan oleh produsen diaper selalu berkisar pada masalah daya serap tinggi yang membuat kulit bayi tetap kering. Yah, tentu saja, Sodium Polyacrylate memang bisa bekerja sebagai super absorbent yang hebat, bahan yang berbentuk serbuk sebelum dicampurkan pada lapisan dalam disposable diaper memiliki daya serap lebih dari 100 kali dari beratnya di dalam air. Bahan kimia inilah yang mengubah cairan menjadi gel yang akan menempel di kulit bayi dan menimbulkan reaksi alergi. Disamping itu, bahan ini juga dicurigai sebagai biang keladi iritasi kulit dan demam. Ketika disuntikkan pada tikus percobaan menimbulkan hemorhage, kegagalan kardivaskuler, bahkan kematian. Anak-anak bisa terbunuh jika menelan 5 gram Sodium Polycrylate. Selain itu, bahan ini juga merusak daya tahan tubuh dan menurunkan berat badan para pekerja pabrik yang memproduksinya.


Bahan kimia lain yang terkenal tingkat bahayanya adalah dioxin. Dioxin dihasilkan dari proses produksi pemutih kertas. Sementara itu proses produksi disposable diaper menggunakan dioxin dalam bentuk gas klorin. Dalam artikel yang berjudul “Whitewash; Exposing the health and environmental dangers of woman’s sanitary product and dsposable diaper - what you can do about it”, Liz Amstrong dan Adrienne Scott menyatakan kebanyakan industri kertas melakukan proses pemutihan dengan menggunakan pulp whiter daripada klorin. Penyebabnya tak lain adalah bahan kimia yang termasuk dalam organoklorin (termasuk di dalamnya dioxin) ini sangat beracun dan bersifat persisten (menetap dalam tubuh).


Tributyl Tin (TBT) juga termasuk bahan yang digunakan dalam produksi disposable diaper. Bahan kimia ini selain menyebabkan pencemaran lingkungan juga sangat beracun. Penyebarannya bisa melalui kulit, jadi bisa dibayangkan tingkat bahayanya kalau kulit bayi yang sensitif memakai diaper yang mengandung TBT. Karena saking beracunnya bahan kimia ini dalam konsentrasi yang sangat kecil pun bisa mengakibatkan gangguan hormon disamping mengganggu sistem kekebalan tubuh. Tak tanggung-tanggung, orangtua yang memiliki bayi laki-laki perlu waspada karena bahan ini bisa menyebabkan kemandulan (pada bayi laki-laki). Ginny Caldwell dalam artikelnya yang berjudul Diapers. Disposable or Cotton?, menyatakan bahwa kerusakan dalam sistem saraf pusat, ginjal dan lever bisa disebabkan oleh bahan-bahan kimia berbahaya yang ditemukan dalam disposable diaper.


Pada tahun 1999 The Archive of Environtmental Health melaporkan sebuah studi yang dilakukan oleh Anderson Laboratories. Dalam studi tersebut mereka membuka kemasan diaper lalu meletakkannya di dekat tikus-tikus percobaan. Tikus-tikus yang terekspos diaper tersebut menderita bronchoconstriction yang menyerupai serangan asma Tak hanya itu, tikus-tikus tersebut juga mengalami iritasi mata, kulit dan tenggorokan. Di dalam sebuah ruangan yang luas sekalipun emisi dari disposable diaper cukup mampu membuat tikus-tikus ini terserang asma. Bahan kimia yang ditemukan dalam disposable diaper yang mampu menyebabkan iritasi tenggorokan antara lain tolune, xylene, ethylbenzene, styrene, dan isopropylbenzene.


Tentu saja berbeda dengan popok kain yang terkenal aman karena tidak mengandung bahan kimia. Tikus-tikus percobaan tidak mengalami gangguan pernafasan seperti tikus-tikus yang terkena emisi diaposable diaper. Jadi sekarang saatnya mempertimbangkan lagi penggunaan disposable diaper supaya bayi aman dari efek jangka panjang yang ditimbulkan oleh disposable diaper.

STOP dong pemakaian POSPAK!! .. please.. ayo lebih peduli lagi



Akhir2 ini mulai rame pertanyaan2 yang muncul di milis2 n forum2.
Salah satunya,
"saya menggunakan pospak untuk anak saya selama hampir sehari penuh, karena saya bekerja dan sehari2 hanya bersama dengan neneknya. Apa sih efek samping dari penggunaan pospak ini?"
"Kenapa sih pada rame cloth diaper di luar negeri.. banyak banget toko2 yang jual popok kain?"





Efek sampingnya yang aku tau;

1. Yang jelas ada di kantong..
(tapi kalo yang ini deal antara mom dengan kondisi keuangan)

ilustrasinya:

part time:
apabila 1 bayi menggunakan 2 pospak tiap harinya, asumsi 1 pcs pospak harganya 1500, sehari biaya yang dikeluarkan untuk pospak
2pcs x Rp. 1.500 =Rp. 3.000.
Dalam setahun, pengeluaran kita untuk pospak Rp 3.000 x 365 hari = Rp. 1.095.000

full time:
apabila 1 bayi menggunakan 7 pospak tiap harinya, asumsi 1 pcs pospak harganya 1500, sehari biaya yang dikeluarkan untuk pospak
7pcsR xp.  1.500 =Rp. 10.500.
Dalam setahun, pengeluaran kita untuk pospak Rp 10.500 x 365hari = Rp. 3.832.500
coba kira2, berapa lama dia akan menggunakan pospak..
jika dua tahun, di kali dua
jika tiga tahun, di kali tiga
itu belum termasuk krem2 dan biaya lain2 untuk mengobati iritasinya.


 
2. masalah limbah untuk masa depan dia dan bayi2 lainnya

aku sering bilang kepada beberapa orang, "Jika melihat bayi menggunakan pospak, kamu berhak untuk marah". Di negara maju, sudah ada tahap kesadaran sampai ke tahap ini. Mereka bersama2, bahu membahu, mengambil andil dalam mempertahankan kondisi bumi untuk anak dan cucu mereka. Kepraktisan yang di ambil sebagai jalan keluar oleh seseorang, agak tidak adil untuk menimpakan efeknya untuk anak2nya.
Sebuah pospak, memiliki masa 300-500 tahun untuk dapat teruraikan didalam tanah (plastik membutuhkan 1000tahun). Itu berarti asumsi jika tiap orang memiliki bayi pada usia 30 tahun, maka akan ada sekitar 15 bayi dalam keturunan itu (asumsi 420tahun terurai)

ilustrasi:
jika setiap bayi menggunakan pospak selama 2 tahun saja. maka jumlah pospak diatas:
7pcs x 365hari = 2.555 pcs pospak
2.555pcs (setahun) x 2tahun = 5.110pcs pospak
untuk 15 keturunan x 5.110pcs = 76.650pcs pospak
 
anggap saja setelah 420tahun, pospak pertama terurai.
jadi setiap 2.555pcs pospak terurai, ada 76.650pcs pospak masih tertumpuk dari 1 keturunan (bukan 1 keluarga.. lebih ngeri menghitungnya.. karena bisa ada percabangan keturunan. Tiap berkeluarga diasumsikan memiliki 2-3 anak).
Bisa dibayangkan 76.500pcs pospak itu sebesar apa kalo dikumpulkan. Bayangkan itu 400 tahun lagi. Saat bumi ditinggali oleh keturunan kita, anak dari anak kita, cucu dari cucu kita. Itu jika tiap bayi cuman pake 2 tahun.
 
Coba bayangkan pula.. jika setiap personel dalam keluarga mengambil keputusan yang sama untuk anaknya.

Dalam 1 kota, kira-kira 400 tahun lagi,
Berapa banyak limbah yang harus mereka hadapi.
Kehidupan seperti apa yang harus mereka jalani.
Bagaimana tanah mereka? Apakah pohon masih bisa tumbuh dengan subur?

Bagaimana air mereka? Apakah masih cukup untuk mereka minum? (sebagai info, jika kita membeli 1 botol air mineral, sama saja dengan kita mengkonsumsi air 6 liter.
Karena diperlukan 5 liter untuk mendaur ulang 1 botol plastik)

Lalu bagaimana dengan kelayakan air minum? apakah air masih layak untuk mereka minum?
Apakah kehidupan mereka nanti akan dihabiskan untuk berjuang menemukan penemuan2 baruhanya untuk survive hidup lebih lama tanpa sakit penyakit?
Sedang kita saja saat ini sudah menganggap air kota tidak layak untuk diminum. Jadi sebenarnya apa sih, yang sedang kita berikan untuk mereka?
 
Mungkin beberapa orang menjawab dengan mudahnya, "daur ulang dong.."
pernah tau daur ulang? daur ulang itu sebenarnya adalah salah satu jalan termudah untuk survive, walau kondisinya akan seperti lingkaran setan. Sampah dibiarkan akan menumpuk,...  sampah dipendam akan merusak kesuburan tanah,...  sampah didaur ulang akan membutuhkan bahan2 kimia yang harus dipakai.... Dan dari ilustrasi daur ulang botol air mineral tadi.. aku rasa, kita semua sudah mengerti, bahwa juga itu bukan jalan keluar.
 
Aku pernah mengikuti demonstrasi dan ilustrasi yang terjadi di masa depan, dengan kondisi cara kita hidup sekarang. Kemungkinan kehidupan yang dijalani oleh anak2 kita akan lebih berat, karena air semakin sedikit, juga ada efek rumah kaca, limbah yang tak terdaur ulang banyak, yang terdaur ulang menghabiskan volume air di bumi.

 
3. Efek jangka panjang dari bahan kimia

Siapa yang masih tidak tau kalau bahan dari pospak itu adalah kertas dan pulp daur ulang?
Siapa yang masih bilang itu kapas dan gelnya dari tumbuh2an alami.. bukan dari bahan sintetis? Siapa yang berani bilang itu 100% aman?

Tentang bahan gel dari disposable diaper, baca disini:
http://www.envivant.com/2008/06/04/super-absorbers-in-disposable-diapers/

Lembaga perdaur ulangan kertas saja menyatakan perpaduan kertas dan pulp itu mengeluarkan suatu zat yang disebut dioksin. (baca lengkap: http://www.terranet.or.id/tulisandetil.php?id=1306)
Zat dioksin ini memiliki efek buruk untuk jangka panjang. zat kimia=kanker dan sumber penyakit lain, itu jelas.
(baca lengkap dioksin dibagian bawah sendiri artikel disini: http://roysianipar.wordpress.com/porsea-here-is-your-price-to-learn-about-your-paper-industry-toba-pulp/ )

belum lagi pemutih (khlor) yang digunakan untuk memutihkan koran2, dus2 sampah, kertas bekas bungkus nasi di sampah, dan kertas2 yang yang di pul ke pusat pendaur ulangan kertas.. itu dampaknya buruk untuk tubuh kita. Klor memang digunakan untuk mensterilkan. Iya benar.. tapi ada harga yang harus dibayar pada saat menggunakan klor.

Seorang teman, dokter bedah di komunitasku, pernah bercerita.. "klor memang digunakan untuk mensterilkan. Tapi berefek buruk jika bersentuhan langsung dengan tubuh manusia. Kami kalo membedah orang, klor digunakan untuk mensteril alat2 operasi. Tapi itu karena insidentil. Tidak diijinkan untuk penggunaan lebih dari itu. Seandainya ada pilihan lain, kami akan ambil pilihan lain itu. Jadi penggunaan klor diruang operasi, itu seperti buah simalakama." Lha.. kenapa kita mengijinkan itu untuk dikonsumsi bayi2 kita? apalagi sampai 24jam sehari.

Pernah tau kan, koran dan buletin, itu mencetaknya menggunakan mercuri dan minyak gas. Setahuku, mercuri itu sebuah zat, minyak gas juga. Dan itu tidak akan hilang karena diputihkan saja, dan karena disterilkan. Steril itu untuk melawan bakteri, tapi tidak untuk bahan kimia lain.
So. berapa banyak penumpukan zat kimia yang ada di pospak anak kita.
 

Aku rasa sebenarnya tidak perlu menjawab pertanyaan tentang masalah2 nappy rash, iritasi, gatal2, merah2 dll yang dialami buah hati kita saat menggunakan pospak. Seorang teman yang sensitif penah bercerita mencoba menempelkan pospak yang cukup bermerk dilengan bagian dalamnya. Ternyata kulitnya memerah dan gatal2. Kasian kan.. kulit bayi yang kita dengan soknya bilang "ngga baik kan terkena detergen, kulitnya masih sensitif.. " tapi dengan gampangnya kita menempelkan bahan terburuk yang mengandung dioksin dan khlor kebagian tubuh yang paling sensitif (dan terbuka ke organ dalamnya, tentunya).


Beberapa saat yang lalu, memang sempat rame berita, bahwa di eropa dan negara2 maju lainnya, banyak orangtua2 yang kembali ke popok kain. Mereka bertahan untuk kembali ke popok kain yang sekali pipis langsung diganti. Akan tetapi ini menjadi masalah (walau mereka bertahan), pada saat mulai masuk musim dingin. Bisa dibayangkan pada saat suhu dibawah nol, bayi2 masih harus membuka pakaian mereka dan kebasahan.
Akhirnya memunculkan inovasi menciptakan popok kain yang bisa menggantikan pospak. Bisa beberapa kali pipis.
Ini sudah terjadi beberapa tahun terakhir. Penjualan pospak di negara2 maju mulai menurun. Mereka peduli akan masa depan anak2 mereka dan negara mereka.
Sekarang yang lagi rame malah lebih maju lagi. Cloth Diaper (popok kain) yang mereka gunakan berasal dari bahan2 organic (organic disini maksudnya berasal dari tanaman non pestisida, full cotton dan amat mudah di daur ulang).
Terakhir.. bukan hanya popok kain mereka. Tapi kain2 dan baju2, handuk dan segala jensi kain.. Bahkan mainan2 anak2, yang berasa dari kayu, kertas dll.. semuanya organic. Mudah didaur ulang.
 



Terasakah dampaknya untuk kita saat ini? Terasakan dampaknya untuk mereka sehingga mereka begitu peduli? Menurutku, mereka sangat mencintai dan peduli pada anak2 dan keturunan mereka.
 
Lalu.. masih bisa bilang sayangkah kita pada anak2, cucu2 dan keturunan kita jika kita bercermin dari mereka?
Atau kita ternyata sebenarnya hanya memikirkan diri kita sendiri?

coba baca juga ulasan ini: http://renatashopshop.multiply.com/journal






nb: maap mom kalo agak pedas blogku kali ini.
Aku ngomong gini bukan karena aku sekarang jualan cloth diaper. Yang bisa aku jual sih macam2.. kapan hari malah ada yang mau ngeresellerin pospak ditempatku. Aku tolak!! Rabatnya masih 3 kali lipat rabatnya cloth diaper yang aku tawarin.
Aku cuma prihatin banget sama cara berpikir yg menurutku kurang memperhitungkan secara jangka panjang n secara global.

Aku ga suka kalo ada bayi pake pospak, atau kalo ada mom2 pakein anaknya pospak.
Why?
Karena itu berefek untuk Renata juga nantinya. Bukan berefek buat dia aja.
Renata juga menghuni bumi dan negara yang sama dengan dia. Tanah yang sama yang akan Renata huni dengan bayi2 itu. Pospak mereka akan memenuhi tanah yang akan Renata diami, juga air yang Renata minum.


baca juga link lain:
http://dienaulfaty.wordpress.com/2008/03/20/popok-bayi-modern-pun-bisa-sebabkan-mandul/#comment-128
http://www.realdiaperassociation.org/diaperfacts.php
http://www.care2.com/greenliving/cloth-or-disposable-diapers.html
http://www.envivant.com/2008/06/04/super-absorbers-in-disposable-diapers/
http://www.mums-blog.co.uk/archives/169
http://www.diaperjungle.com/why-use-cloth-diapers.html
http://www.thediaperhyena.com/ichosecloth.htm
http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,1702357,00.html
http://www.essortment.com/all/clothdiapersba_rjem.htm

Wednesday, February 11, 2009

Susahnya memilih fotooooo... ampun deh

Kebiasaan suami deh.. kalo moto se ajibun ajibun. Ga melihat kekuatan sendiri.
Udah komplain dari dua tahun lalu, tapi teteeep aja gada perkembangan. Sekali berangkat prewedding, 10 memory card dibawa. Masing2 rata2 1GB. Pulang2 kalo diturutin, dengan dua photographer, penuh semua. OMG. Satu pengantin fotonya bisa 500-1000lembar.

Kalo moto enak sih.. tingga jeprat jepret. Jujur aja.. moto moment itu emang bikin kaya ketagihan. Kalo lia ada apa dikit pengennya "tembak!!" "jeprett!!"
alhasil ya begini ini. Wheuuffhh...!!

Hmm.. malam ini aku suntuk banget. Bukan malam ini tepatnya..sejak kemaren malam. 14 feb ada resepsi pernikahan. Jadi foto displaynya harus selesai sebelum itu. Belum lagi foto clip preweddingnya. Semua sih ga masalah.

Ini hal sebenarnya:
"lebih baik ngedesain n retouch foto daripada memilih foto.. :(( huaaaaa..."
aku paling benci kalo disuruh milih foto... taunya apa, suamiku juga paling ga suka milih foto. Kenapa? Karena fotografer ga akan sanggup membuang foto. Jadi ini akan menjadi pekerjaan yang amat melelahkan.

Seperti malam ini, aku yang didepan kompy yang susye..
dari 700 foto, aku harus menyisakan 40 foto untuk foto klip. aku harus membuang sekitar 660foto. ini masih sisa 200an huaaaaymmm.. ngantuk bgt.
Apalagi kalo udah anak model yang difoto, ampun dah.. semua bagus2. mana bisa mendelete-nya.

Huaahh..
semangat!!.. Semangaaaattt!!!


(itu salah satu foto wedding yang selesai.. masih berapa couple lagi ya.. *intip2*
Happy Wedding Dian & Dicky!!.. salah satu foto2 favoritku)