Tuesday, August 11, 2009

Tanggung Jawab Renata

Tadi surprise banget liat Re. Re kebobolan pipis. Aku ga nyadar. Aku sama Papanya Re lagi liat the apprentice. Re didepanku main aqua gelas. Lalu ada air menggenang disekitar Re duduk. Aku sama Papanya Re masih asik liatin TV.

Trus Re bilang "Loooh...."
Aku ga terlalu ngeh sih.. kupikir air aqua yg bocor,
mikir "abis ini aku lihat ah, celananya ikut basah ngga.."

Sekilas aku liat Re bolak balik, sibuk puter2, trus tiba2 ilang, ga lama muncul dari belakang, bawa lap pel. Sampe didepan genangan dia taruh pelnya n usap2 pake tangan.. ngepel (kadang emang dia pel sendiri), lalu berdiri dan ngepel pake kaki mondar mandir.
Aku n Papanya Re liatin aja, n ga terlalu ngeh sama kegiatan dia. Abis itu ga lama kedengeran Re ngerengek2 "hik hik hiiikk... hik.."
Aku toleh, dia masih ngepel.. tapi sambil ngerengek.. tapi tetep ngepel.



Aku ketawa kecil. "sedang apa nak?"
"Pipiiiss.. " kata Re
aku tanya ke Papa Re "Pipis tha?"
"Ngga kok, itu air aqua yg pecah" kata Papa Re sambil membolak balik aqua2 gelas, dan mengubah kata2nya setelah itu "lho.. g ada yg pecah.. berarti beneran pipiiiiss.."
Aku pegang Re, "jadi beneran pipis ya..? coba Mom liat celananya?"
ternyata emang basah. Abis itu aku lepas celana Re, dan Re melepaskan diri, sibuk melap2 air genangan sisanya.


Yg bikin aku geli, bukan masalah dia ngelap ompolnya sendiri, karena udah hampir setahun dia melakukannya. Re terbiasa melihat aku & Papa Re mengelap ompolnya di lantai, jadi dia berpikir, sudah seharusnya seperti itu.

Kadang aku bilang "Re, mom masih sibuk, tolong lap sendiri ya.."
Jadi dia ambil lap dan bersihkan (walau seringkali ga sempurna, but it's very helpful).
Demikian juga kalo duluuuu.. dia pipis di tempat tidur, dia ambil kain alas ompol di laci dan tekan2 bekas ompolnya dengan kain itu.

Yg bikin aku geli tadi, soalnya aku bener2 ga ngeh dia pipis, dan aku geli (dan jujur aku kagum, sebenarnya), karena dia tadi ngelapnya dengan merengek2 sendiri, kaya mau nangis, kaya dia kalo dipaksa melakukan sesuatu. Disaat dia merasa pekerjaan itu g nyaman, n spontan keluhan keluar dengan polosnya,.. dia tetap bertahan melakukannya.. tanpa campur tanganku. Tanpa aku menyuruh.. dan tanpa paksaanku. Aku geli karena waktu aku senyum sesungguhnya dalam hatiku terucap.. "ahaha.. siapa yang suuruhh, siihh...?!"

sebenernya judulnya salah, mestinya "Renata Merasa Bertanggung jawab" kali ya


makin dewasa ya, nak...
I'm proud of u, girl..

Sunday, August 9, 2009

Kalo maaf bisa membantu, buat apa ada polisi?



"if apologies could help, would we still need the police?"
hahaha.. inget ga itu kata2 sapa?
kata2 dao ming tse di meteor garden!!

Hehe.. sebenarnya tulisan ini udah lama aku buat, tp bukan di blog ini. Tulisan ini tumpahan semua pemikiranku melalui perenungan dan proses yg cukup lama. Pengen share aja disini.. Lama aku ga ngeshare something di blognya Renata :)

aku coba sharekan sesuatu yg mungkin jarang terpikirkan oleh  banyak dari kita sebelumnya.


Minta maaf itu sulit.. itu benar.
Tapi ngga kalah penting.. memaafkan itu lebih sulit.


Kadang aku berharap,.. jangan banyak minta maaf, deh..
tapiii.. mending diusahakan lebih dipikir sebelum melakukan sesuatu, mengatakan sesuatu atau berbuat sesuatu. Jadi bisa meminimalisasi untuk menyakiti orang lain.

kesalahan begitu menyakitkan, itu pasti..!!
tapi kenapa menerima permintaan maaf juga sedemikian menyakitkan, sehingga sulit buat kita untuk memaafkan.


TENTANG MINTA MAAF

hmm..
kita suka mendengar orang meminta maaf (bahkan mungkin kita) dengan kata2 sejenis ini:
"maaf!!"
"sorry.. sorry.."
"wah, ya sorry dong.."
"ya maaf, laahh.."

lalu.. kenapa dengan permintaan maaf seperti itu masih terasa ngga plong?
yaa.. nadanya sih..
kan kaya ga rela gt.. bener, kan!?!!
aku termasuk salah satu orang yg mendengarkan peka bgt terhadap nada.. dan aku lebih cenderung otomatis peka terhadap nada dan intonasi suara melebihi kata2 yg terucap. jadi kata2 yg kudengar seringkali bukan berasal dari mulut, tapi dari keseluruhan kondisi orang tsb (ya dari moodnya, dari hatinya, dari kulitas orang tsb).
nah.. itu yg bikin aku berpikir lamaa..
dan kata2 maap seperti itu seringkali kita spontan masih ngomel karena ngga lega,


dan anehnya.. keluar kata2 seperti ini dari mulut si peminta maaf (bisa juga kita.. hihi..)
"kan aku udah minta maaf.."
kadang masih ditambah "kurang apa lagi sih.."


sering banget aku mendapati percakapan kaya gini, aku yakin banyak orang jg.
Dan itu banyak juga di sharekan oleh anak2 yg konseling atau permasalahan2 dalam komunitas.
"kan aku udah minta maaf sama dia cie.."
aku cuman bilang "kan kamu minta"
"??"
"kalo belum dikasih ya jangan marah.. namanya juga 'minta' maaf.."
"maksudnya cie?"
"minta maaf itu minta lho.. kan ada gunanya dalam bahasa indonesia digunakan kata "minta maaf" untuk kata penyesalan. dalam bahasa inggris, dipakai kata "i'm sorry." yg berarti aku menyesal. Dalam bahasa Indonesia, lebih berat. Kamu bukan hanya menyesal, lho.. kamu minta maaf, kamu minta dia untuk kasih maaf dia ke kamu. Maaf itu artinya 'kebesaran hati, penerimaan kembali.. kamu sedang minta kebesaran hati dia.. ya namanya minta.. bukan beli, ya tinggal nunggu dikasih, dong'".


Kadang kita ga bisa sabar untuk memperbaiki kesalahan kita, meminta maaf, dan berharap kesalahan kta cepat2 dilupakan. Tapi kita sering lupa, kalo kita minta maaf, berarti kita udah merepotkan dan menyudutkan orang tersebut dalam kondisi berat dua kali. Udah disakiti, masih dimintai lagi..
Jadi maklumilah.. kalo seseorang butuh waktu untuk memaafkan kita.. ups sorry.. bahasa yg tepat adalah 'memberikan maafnya' kepada kita.


Satu hal lagi yg salah kaprah dalam minta maaf.. Sesuai dengan yg aku tulis tadi.. minta maaf adalah meminta sesuatu. Jadi sebenarnya.. masih kurang pas meminta sebuah maaf kepada seseorang dengan kata2.. "aku minta maaf.." apalagi kepada orang yg udah kita sakiti.


Turunin gengsi dikit.. kamu sedang meminta sesuatu dari dia. Seseorang yg udah kamu hancurkan.
Jangan beri dia statement.. (maksudku "aku minta maaf" itu statement)..
tapi kalo kamu mau lebih menghargai seseorang dan perasaan orang lain.. apalagi yg udah kita salahin..
alangkah baiknya kalo kita bertanya..

"Maukah kamu memaafkanku?"

Itu terdengar lebih merdu dan damai, kan... :)





have a nice day..
semoga harimu penuh dengan persahabatan..





God bless,
Irene
I love you full ;)





Tuesday, August 4, 2009

Ayah Tak Sanggup Bayar Ambulance : Jalan Kaki 10 km Gendong Jenazah Anak

Jika masih memiliki nurani yang sehat, peristiwa ini sungguh menikam rasa kemanusiaan kita. Sungguh terjadi di rumah sakit milik pemerintah, RSU Prof. Dr. WZ Johannes Kupang, Kamis (12/2/2009) dinihari. Hidup sudah sulit, mati pun dipersulit…
Adalah Yakobus Anunut, ayah seorang balita, Limsa Setiana Katarina Anunut (2,5 tahun), penderita gizi buruk dan diare yang mengalami nasib yang memilukan itu. Gara-gara tak punya uang Rp 300.000,- untuk menyewa mobil ambulance rumah sakit, Yakobus Anunut (37 tahun), warga kelurahan Oesapa Selatan, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, nekat berjalan kaki kurang lebih 10 kilometer sambil menggendong jenazah anaknya. Beruntung ada sanak keluarganya yang datang menolong menggunakan mobil saat dia baru berjalan lebih kurang lima kilometer.
Si kecil Limsa yang menderita gizi buruk, terkena diare sehingga Yakobus pun membawanya ke RSU Kupang, NTT, Rabu (11/2/2009). Karena ruang perawatan sudah penuh, Limsa dirawat di salah satu ruangan instalasi gawat darurat (IGD).. Dengan jaminan kartu kesehatan untuk orang miskin, Yakobus berharap anaknya mendapat perawatan untuk disembuhkan.
Namun, ternyata Tuhan berkehendak lain. Baru beberapa saat dirawat, Limsa meninggal dunia, Kamis dinihari, sekitar pukul 03.00 Wita. Petugas medis kemudian membawa jenazah Limsa ke kamar jenazah rumah sakit. Ternyata, di ruangan instalasi pemulasaran jenazah (IPJ), Limsa diterlantarkan begitu saja, Padahal, biasanya setiap jenazah
yang dititipkan di ruangan itu dimandikan oleh petugas rumah sakit dan disuntik formalin agar tidak membusuk.
Orang tua korban yang hanya berprofesi sebagai petugas cleaning service di sebuah instansi pemerintah ini hanya pasrah dengan perlakuan petugas rumah sakit. Sekitar dua jam menunggu, Yakobus akhirnya menemui petugas ambulance untuk meminta jenazah anaknya dibawa pulang ke rumahnya. Namun, petugas ambulance meminta biaya Rp
300.000,-. Mereka memberikan kesempatan kepadanya untuk mencari pinjaman.
“Saya katakan kepada petugas ambulance bahwa untuk membayar ojek saja saya tidak punya uang. Dari mana saya harus mendapatkan uang sebanyak Rp 300.000,- untuk membayar bapak?”, katanya.
Kasih sayang yang mendalam terhadap buah hatinya, membuat Yakobus tak tega melihat anaknya tidur membujur kaku tanpa perhatian.. Tak sedikitpun ada niat dari petugas IPJ untuk memandikan bayi malang ini.. Karena mengaku tak mampu membayar, petugas ambulance rumah sakit langsung pergi, tak menghiraukan Yakobus. Hati bagai disayat sembilu. Perih dan sakit, namun tak bisa ditumpahkan karena tak punya kuasa untuk melakukannya.
Yakobus akhirnya memutuskan untuk menggendong jenazah anaknya sambil berjalan kaki sejauh kurang lebih 10 kilometer untuk kembali ke rumahnya. “Akhirnya saya putuskan membawanya berjalan kaki saja”, ujar Yakobus.

Capek dan Lapar
Yakobus tidak bisa menyembunyikan kedukaannya karena putri satu-satunya itu meninggal dalam perawatan di rumah sakit. “Seharusnya anak saya tidak meninggal kalau ditangani secara baik di rumah sakit”, ujarnya sedih.
Dia mengaku tidak dipedulikan pihak rumah sakit. Pasalnya, Yakobus yang tercatat sebagai keluarga miskin, membawa kartu jaminan kesehatan untuk orang miskin, tetap saja diminta membayar sewa ambulance. Padahal dengan memperlihatkan kartu tersebut kepada petugas, seharusnya jenazah langsung diantar pulang.
Ia berjalan dari RSU Kupang menuju kediamannya di belakang Rumah Penitipan Barang Sitaan (Rumpasan) Kelas I Kupang, kompleks Lembaga Permasyarakatan (LP) Kupang. Dengan linangan airmata dan berbagai rasa yang berkecamuk di hatinya, Yakobus tidak menghiraukan dinginnya udara pagi yang menusuk disertai gerimis yang terus turun. Yakobus nekad berjalan sendirian. Hanya dibungkus sebuah kain lusuh, Yakobus terus mendekap jenazah buah hatinya agar tidak terkena percikan gerimis.
Ia sempat membangunkan kerabatnya di bilangan Oebobo untuk memberitahukan kematian Limsa, lalu terus berjalan. Tiba di kompleks Flobamora Mall (sekitar 5 kilometer), Yakobus yang kecapekan, sejenak beristirahat. Semalaman bergadang menjaga Limsa ditambah belum ada sesuap nasi pun yang mengganjal perutnya sejak malam, Yakobus butuh waktu untuk melepaskan lelah.
Ternyata masih ada yang berbaik hati. Sanak saudaranya di Oebobo ternyata diam-diam mencari kendaraan untuk membantunya. Saat masih melepaskan lelah, menggunakan sebuah kendaraan pick-up, saudaranya yang berasal dari Oebobo berhasil menemui Yakobus. Terus mendekap Limsa di dadanya, jenazah pun diantar sampai di kediamannya.

Tidak Menyalahkan
… Tak ada yang perlu disalahkan. Yakobus Anunut pun tak ingin menyalahkan siapa-siapa. Dia hanya ingin agar jenazah bayinya segera dimakamkan…
Sumber : Tribun Batam, 15 Februari 2009

Kekuatanku dan Kekuatan Renata

Kemaren aku hampir 'kehilangan' Re.. Emang dia gesit banget. Dan parahnya.. terlalu berani, ga takut sama orang, dan rasa ingin tau besar. Selama ini aku rada kewalahan dengan 'bakat' dia yg aku sebut diatas tadi. Aku berani bilang karena ditotal dan dirata2 dari semua orang yg komen tentang Re, skornya bisa diatas 70. Sampe beberapa kali ada orang komen "wih wih.. itu mamane pasti kuat, dipercaya anak kaya gitu".
I wish... :(

sejak umur 11 tahun aku udah ngemong adik2 sepupuku dari bayi. Dari yg selisih umurnya 11 tahun dibawahku,.. sampe yg 20 tahun dibawahku.. kira2 ada 8 adik sepupu (nasib cucu tertua,.. cewe, pula). Dari yg penakut, alim, cerewet, yg rasa ingin taunnya gede, yg suka nanya2 ga berhenti henti, suka bongkar2, yg kalo manggil musti sambil lari2 ngejar, sampe yang suka ngilang bikin panik. Agak gede udah beda lagi.. mulai jiwa2 pemberontakan muncul.. mulai cupid2 mucul n dewa asmara bekerja. Logic mulai main, mulai olah kata.. hihihi..
Untungnya aku termasuk andalan orang tua mereka kalo mereka susah dijinakkan.




Ga nyangka kalo anakku sendiri bakalan kelebihan energi kaya mamanya (oke.. saat ini aku ngaku, soalnya Ko Jun jauh lebih slow dari aku). Tapi mamaku pun bilang aku ga ada setengahnya Re. Adikku yg paling kecil itu pun kata mama jauh lebih gesit, berani n pengen tau dari aku. Tapi mama juga bilang Re labih dari dia. O' oo... Aku berharap saat memberikannya, Tuhan tidak lupa untuk membekaliku juga dengan kemampuan untuk menjaga n mengimbanginya.














Hari ini jantungku untuk kesekian kali kaya mau copot.
Kemaren kita ke index.. mau beli kursi buat Re,.. dan ke ace, beli dinamo yg bagus untuk mesin jahit.

Lengah dikiiiiiiittt aja..tiba2 hilang.
Aku udah ngeh.. langsung cari2,.. aku lihat Ko Jun, tp keliatannya dia juga lagi cari.


Waduuhh.. tiba2 aku denger Ko Jun teriak panggil2 Re.. ternyata Re yg dicari udah siap2 turun sendiri di eskalator. Langsung ko Jun tinggalin stroller, lari sambil lepasin sandal. Untung ketangkep. Abis itu baru berasa kakinya kesleo, kukunya berdarah. Bener2 deh..

Setiap mau perjalanan, aku, ko Jun.. selalu ajak Re berdoa. Kita bilang sama Tuhan, kira2 kita mau kemana aja. Mohon perlindungan dari segala marabahaya.. dan dari segala sakit penyakit. Aku ga tau apa yg akan terjadi. Jujur aku suka deg2an dari dulu kalo bawa anak2 kecil ke tempat2 umum, adik2 sepupuku aja untuk berenang aku selalu ajak min dua orang bisa berdampingan (kalo bisa sekelompok 3 orang), untuk saling mengawasi. Karena dari aku kecil sampe sekarang, aku lihat ada beberapa kejadian yg aku belajar dari sana. Kolam dengan air setinggi 10cm pun akan berbahaya untuk batita. Adikku waktu 2 tahun pernah jatuh n tenggelam disana saat mama lengah ambil barang ke kamar mandi. Dia juga pernah digigit anjingku dibagian matanya waktu bawa makanan. Renata juga pernah disergap anjing waktu bawa makanan.


Sewaktu nungguin papanya ambil mobil, aku ajak omong Re,.. Aku jongkok, aku pegang bahunya,..
"Denger.. Tadi Mom takut banget. Jie (aku memanggilnya Jie = Jun Irene's Eagle) tadi hampir celaka".
Re natap mataku lekat2..
"Inget!! ditempat umum, jangan pernah jauh2 dari Mom, ya..?"
"Iya!!.." cadel, lembut dan mantap.
"jangan turun eskalator sendiri .." aku tatap matanya untuk meyakinkannya.
"Iyaaa..." sambil mengangguk.


"kalo ga sama Mom atau Dad, jangan turun dan pergi sendiri.."
"iyaa.."
"inget yaaa.." aku tersenyum.
"Iyaaa..."
"oke.. thanks.. I love you.."
Dia mengangguk angguk sambil balas tersenyum.


Aku berdiri, memegang stroller, mengambil tas.. sedetik aku menoleh.. Re udah berlari keluar pintu ke parkiran dengan ekspresi girang.
Ooowww.. GOODDD...!!!
Pikiranku udah ke mobil yg bisa aja tiba2 lewat. Aku lari menghambur keluar dan menarik tangan Re..

So...
fiuuhhh..
... kelihatannya perjalanan dan perjuangan akan tetap masih panjang.

Good luck all parent.. May God bless onze kinderen