Tuesday, August 4, 2009

Ayah Tak Sanggup Bayar Ambulance : Jalan Kaki 10 km Gendong Jenazah Anak

Jika masih memiliki nurani yang sehat, peristiwa ini sungguh menikam rasa kemanusiaan kita. Sungguh terjadi di rumah sakit milik pemerintah, RSU Prof. Dr. WZ Johannes Kupang, Kamis (12/2/2009) dinihari. Hidup sudah sulit, mati pun dipersulit…
Adalah Yakobus Anunut, ayah seorang balita, Limsa Setiana Katarina Anunut (2,5 tahun), penderita gizi buruk dan diare yang mengalami nasib yang memilukan itu. Gara-gara tak punya uang Rp 300.000,- untuk menyewa mobil ambulance rumah sakit, Yakobus Anunut (37 tahun), warga kelurahan Oesapa Selatan, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, nekat berjalan kaki kurang lebih 10 kilometer sambil menggendong jenazah anaknya. Beruntung ada sanak keluarganya yang datang menolong menggunakan mobil saat dia baru berjalan lebih kurang lima kilometer.
Si kecil Limsa yang menderita gizi buruk, terkena diare sehingga Yakobus pun membawanya ke RSU Kupang, NTT, Rabu (11/2/2009). Karena ruang perawatan sudah penuh, Limsa dirawat di salah satu ruangan instalasi gawat darurat (IGD).. Dengan jaminan kartu kesehatan untuk orang miskin, Yakobus berharap anaknya mendapat perawatan untuk disembuhkan.
Namun, ternyata Tuhan berkehendak lain. Baru beberapa saat dirawat, Limsa meninggal dunia, Kamis dinihari, sekitar pukul 03.00 Wita. Petugas medis kemudian membawa jenazah Limsa ke kamar jenazah rumah sakit. Ternyata, di ruangan instalasi pemulasaran jenazah (IPJ), Limsa diterlantarkan begitu saja, Padahal, biasanya setiap jenazah
yang dititipkan di ruangan itu dimandikan oleh petugas rumah sakit dan disuntik formalin agar tidak membusuk.
Orang tua korban yang hanya berprofesi sebagai petugas cleaning service di sebuah instansi pemerintah ini hanya pasrah dengan perlakuan petugas rumah sakit. Sekitar dua jam menunggu, Yakobus akhirnya menemui petugas ambulance untuk meminta jenazah anaknya dibawa pulang ke rumahnya. Namun, petugas ambulance meminta biaya Rp
300.000,-. Mereka memberikan kesempatan kepadanya untuk mencari pinjaman.
“Saya katakan kepada petugas ambulance bahwa untuk membayar ojek saja saya tidak punya uang. Dari mana saya harus mendapatkan uang sebanyak Rp 300.000,- untuk membayar bapak?”, katanya.
Kasih sayang yang mendalam terhadap buah hatinya, membuat Yakobus tak tega melihat anaknya tidur membujur kaku tanpa perhatian.. Tak sedikitpun ada niat dari petugas IPJ untuk memandikan bayi malang ini.. Karena mengaku tak mampu membayar, petugas ambulance rumah sakit langsung pergi, tak menghiraukan Yakobus. Hati bagai disayat sembilu. Perih dan sakit, namun tak bisa ditumpahkan karena tak punya kuasa untuk melakukannya.
Yakobus akhirnya memutuskan untuk menggendong jenazah anaknya sambil berjalan kaki sejauh kurang lebih 10 kilometer untuk kembali ke rumahnya. “Akhirnya saya putuskan membawanya berjalan kaki saja”, ujar Yakobus.

Capek dan Lapar
Yakobus tidak bisa menyembunyikan kedukaannya karena putri satu-satunya itu meninggal dalam perawatan di rumah sakit. “Seharusnya anak saya tidak meninggal kalau ditangani secara baik di rumah sakit”, ujarnya sedih.
Dia mengaku tidak dipedulikan pihak rumah sakit. Pasalnya, Yakobus yang tercatat sebagai keluarga miskin, membawa kartu jaminan kesehatan untuk orang miskin, tetap saja diminta membayar sewa ambulance. Padahal dengan memperlihatkan kartu tersebut kepada petugas, seharusnya jenazah langsung diantar pulang.
Ia berjalan dari RSU Kupang menuju kediamannya di belakang Rumah Penitipan Barang Sitaan (Rumpasan) Kelas I Kupang, kompleks Lembaga Permasyarakatan (LP) Kupang. Dengan linangan airmata dan berbagai rasa yang berkecamuk di hatinya, Yakobus tidak menghiraukan dinginnya udara pagi yang menusuk disertai gerimis yang terus turun. Yakobus nekad berjalan sendirian. Hanya dibungkus sebuah kain lusuh, Yakobus terus mendekap jenazah buah hatinya agar tidak terkena percikan gerimis.
Ia sempat membangunkan kerabatnya di bilangan Oebobo untuk memberitahukan kematian Limsa, lalu terus berjalan. Tiba di kompleks Flobamora Mall (sekitar 5 kilometer), Yakobus yang kecapekan, sejenak beristirahat. Semalaman bergadang menjaga Limsa ditambah belum ada sesuap nasi pun yang mengganjal perutnya sejak malam, Yakobus butuh waktu untuk melepaskan lelah.
Ternyata masih ada yang berbaik hati. Sanak saudaranya di Oebobo ternyata diam-diam mencari kendaraan untuk membantunya. Saat masih melepaskan lelah, menggunakan sebuah kendaraan pick-up, saudaranya yang berasal dari Oebobo berhasil menemui Yakobus. Terus mendekap Limsa di dadanya, jenazah pun diantar sampai di kediamannya.

Tidak Menyalahkan
… Tak ada yang perlu disalahkan. Yakobus Anunut pun tak ingin menyalahkan siapa-siapa. Dia hanya ingin agar jenazah bayinya segera dimakamkan…
Sumber : Tribun Batam, 15 Februari 2009

13 comments:

  1. ya ampuunnnn Tuhan.. berikan yg terbaik utk bapak Yakobuz dan keluarga.
    mirisss bgt bacanya.. maaf pak, saya hanya bisa kirim doa :(.. mudah2an ananda tercinta diberikan yg indah disisi Bapa di surga... Aminnnnnnnnnnnnn!

    ReplyDelete
  2. Ya Allah...
    Miris bacanya Sis..
    Mudah2an Bp. Yakobus diberi ketabahan ya..

    ReplyDelete
  3. Sekali lagi, sebuah kisah tentang kasih sayang & cinta orang tua yang selalu berhasil membuat kita semua terketuk pintu hatinya unutk lebih peduli kepada sesama tanpa memikirkan diri sendiri terlebih dahulu.

    Semoga Limsa diberikan tempat terbaik disisi-Nya dan sang Ayah (Yakobus) selalu diberi nikmat ketabahan & kebahagiaan. Amin.

    ReplyDelete
  4. No more words can say...


    semoga keluarga Yakobus diberi ketabahan hati dan limpahan kebahagiaan dibalik semua ini

    ReplyDelete
  5. Iya miris banget.. Ini aku dari tadi ga bisa berhenti nangis. Perasaan campur aduk, ya jengkel, ya marah, ya sedih, miris.. dan mendapati aku ga bs ngelakuin sesuatu, rasanya makin sedih.
    Yaa Tuhaann.. jaman kok makin kaya gini ya. Kasian banget pihak2 yg lemah kaya pak Yakobus itu.

    ReplyDelete
  6. cedihhh.... kok bisa gitu ya RS skrg

    ReplyDelete
  7. sedihhh.... sayangi mereka Rabb...

    untuk kesekian kalinya menemukan kejadian seperti ni di RS berbagai kota di Indonesia.... smg tdk terjadi lg pada keluarga-keluarga lainnya....

    smg dibalik kesulitan ini, ada kemudahan & kebahagiaan untuk bpk. Yakobus sekeluarga....

    smg diberi berkah&kekuatan-Nya....

    ReplyDelete
  8. sedih..bikin nangis..seharusnya orang2 berwenang berfikir bagaimana kalau yang memerlukan bantuan itu adalah anaknya ? atau kerabat dekatnya..
    Semoga kejadian ini tidak terulang pada Limsa-Limsa lain..
    saya hanya dapat berdoa semoga Limsa kecil saat ini sedang bermain di indahnya Syurga.. Amin..

    ReplyDelete
  9. ya ampuuun bener2 ga punya hati kali tuh orang:-(
    masa cuman karena ga ada uang 300 ribu,si bapak ga d perhatikan:-(

    mudah2 an arwah balita tenang di sisi nya..
    amiiiennn...
    terkutuk tuh Rs yang ga bermoral!!!!

    ReplyDelete
  10. Aduh sampai nangis. Kasihan bapak Yakobus.

    Aku percaya Limsa PASTI sudah bahagia di sisi Tuhan sekarang.

    ReplyDelete
  11. uang membutakan segalanya... kaya hati nurani bukan yg hal yg peting lagi sekarang ini...
    Semoga keluarga pak Yakobus mendapatkan yg terbaik..

    ReplyDelete
  12. tfs ya ren, kalo ga salah ini pernah ada di email juga ya..

    ReplyDelete
  13. saya melihatnya lain...kenapa jaman seperti ini masi ada anak-anak meninggal karena gizi buruk ?
    seringkali kita atau anak-anak di kota justru tidak menghabiskan makanan ato membuang makanan...
    satu negara hanya berbeda pulau bisa begitu berbeda kesejahteraannya. terimakasih untuk inspirasi pelajaran yang berharga.

    ReplyDelete